KIR : PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR MINUM

 Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat melakukan penelitian di Desa Doping, Kecamatan Penrang, kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Saya bersama dua rekan saya (Anggota KIR Smanda) melakukan penelitian di Doping dalam rangka mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR) yang diadakan di SMAN 1 Maniangpajo. tema yang kami angkat yaitu "Pemanfaatan Daya Guna Air" dengan judul  PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR MINUM DI DESA DOPING KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN. Kami memualai penelitian ini pada tanggal, 23 Februari 2013 sampai 23 Maret 2013 meliputi perencanaan, persiapan, studi pustaka, percobaan dan penyusunan laporan. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat meliputi:
1.    Seluruh rangkaian penelitian dan eksperimen dilakukan di Kecamatan Penrang.
2.    Penelitian dilakukan di sekitar laut Desa Doping, khususnya Kampung Pelabuhan, Dusun Apala.
3.    Air laut diambil pada kejauhan 2 mil dari bibir laut
    Alasan penetapan lokasi ini adalah Doping termasuk desa yang memiliki laut yang cukup luas, namun pemanfaatannya selama ini hanya untuk menangkap ikan dan pengembangbiakan rumput laut sebagai sumber mata pencaharian.

Adapun abstraksi dari penelitian kami yaitu :
      Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah laut/zona laut yaitu zona laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif.

      Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian belum diketahui potensi yang sebenarnya. Kondisi laut kita saat ini sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup biota laut kita. Kerusakan terumbu karang terjadi diman-mana, illegal fishing terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi kasus tentang perusakan-perusakan lingkungan, yang mengakibatkan biota di dalamnya ikut rusak.
Pemanfaatan laut selama ini sebagai sumber mata pencaharian nelayan, sumber makanan, tempat budi daya, tempat wisata, transportasi, dan sumber pembangkit listrik. Namun pemanfaatan potensi laut Indonesia belum optimal. Masyarakrat Desa Doping terkadang merasakan kekurangan air untuk dikonsumsi akibat musim kemarau. Sumber air mereka selama ini berasal dari air sumur, air hujan, dan alternatif lainnya membeli air Rp. 25.000/mobil. Padahal Desa Doping memiliki sumber air laut yang sangat melimpah yang belum dieksploitasi.

      Berangkat dari masalah diatas, pengkajian tentang alat yang dapat digunakan sebagai pengolah air laut menjadi air minum perlu agar masyarakat bisa memanfaatkan sumber air yang ada di sekitar mereka untuk dikonsumsi dan mengantisipasi kekurangan air yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
      Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui cara mengolah air laut menjadi air minum di Desa Doping (2) Untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi alat desalinator dalam mengolah  air laut menjadi air minum   
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah air laut menjadi air minum di Desa Doping menggunakan alat desalinator.
      Adapun kesimpulan dalam penelitian ini: (1) Cara pengolahan air laut menjadi air minum adalah dengan menggunakan metode penguapan (destilasi) dengan bantuan sinar matahari. Air yang mengalami penguapan membentuk titik titik didih dan tertahan pada atap maka terbentuklah air murni (2) Alat desalinator terbukti efektif dan efesien dalam menghasilkan air murni. Alat desalinator dapat digunakan tanpa mengganggu aktifitas lainnya karena cukup dibiarkan di bawah sinar matahari, tidak memerlukan biaya yang banyak, ramah lingkungan karena tidak  menghasilkan CO2 serta alatnya cukup sederhana dan bisa dibuat oleh siapa saja


.
berikut kerangka pikir yang kami buat dalam penelitian ini :
kerangka pikir

Berikut prosedur penelitian kami :
A.    Prosedur Penelitian
1.  Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah suatu tahapan awal untuk merencanakan penelitian. Pada tahap tersebut dilakukan identifikasi terhadap berbagai kebutuhan selama penelitian berlangsung. Hal tersebut adalah menyusun jadwal penelitian, menyiapkan alat dan bahan penelitian, mengumpulkan data awal dan mencari referensi yang dapat menunjang penelitian.
1.    Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data adalah tahap pengumpulan informasi yang dapat mendukung penelitian. Tahap tersebut mengkaji referensi.
2.    Tahap percobaan
Tahap percobaan adalah tahap pelaksanaan dan pengolahan objek penelitian. Tahap ini merupakan inti dari sebuah penelitian. Pada tahap ini kegitaan yang dilakukan antara lain :
a.    Alat dan Bahan
⦁    Alat
Alat yang digunakan diantaranya: Palu, paku, gergaji, penghalus kayu, alat pengukur.
⦁    Bahan
Bahan yang digunakan adalah : kayu, plastik, senar, corong, air laut, karpet karet berwarna hitam, botol steril PET 5.

b.    Prosedur Kerja
⦁    Pembuatan Alat Desalinator
1.    Siapkan alat dan bahan.
2.    Potonglah 4 buah kayu dengan ukuran 1 m, 8 buah berukuran 66 cm, dan 4 buah berukuran 10 cm.
3.    Sambungkan beberapa kayu tersebut. 4 buah yang ukurannya 1m menjadi tinggi dari wadah yang akan dibuat. Kemudian 8 buah yang berukuran 66 cm sebagai sisi pada kedalaman 10 cm.
4.    Lapisi wadah dengan karpet karet.
5.    Buatlah kerangka menyerupai trapesium, kemudian dilapisi plastik.
6.    Lubangi pada bagian bawah atap sebagai lubang menetesnya air.
⦁    Proses Kerja Alat Desalinator
1.    Membersihkan semua peralatan seperti corong, selang, dan botol steril sebagai penampungan air dengan menggunakan alkohol.
2.    Pasanglah semua peralatan alat desalinator.
3.    Masukkan air laut ke dalam wadah.
4.    Tutup rapat atap wadah, pastikan tidak ada udara yang masuk
5.    Pasang di bawah sinar matahari mulai pukul 10.00 pagi sampai 16.00 sore.
6.    Setelah membentuk titi-titik air, menetes pada corong, dan menuju botol steril.
Berikut gambar alat desalinator yang kami gunakan dalam penelitian
Alat desalinator
Alat desalinator ini terbuat dari bahan kayu yang dibuat sedimikian rupa. wadah dilapisi karpet karet berwarna hitam untuk mendukung proses penguapan dan tidak dibuat terlalu dalam.Alat desalinator ini menggunakan prinsip penguapan ( destilasi ) yang memanfaatkan sinar matahari sebagai pemanas alami yang dapat menguapkan air. Titik titik air akan berkumpul pada atap pastik yang telah disediakan yang dibuat dengan posisi miring agar air dapat tertampung pada wadah yang telah disediakan pada saat berat air mencapai titik tertentu.
Hasi yang kami dapat dari penelitian kami :



DESALINATOR
Waktu
Volume Air yang dihasilkan
23 Februari 2013
70 cc
3 Maret 2013
300 cc
17 Maert 2013
150 cc
22  Maret 2013
100 cc
23 Maret 2013
150 cc

Air yang dimasukkan ke dalam wadah, kemudian ditutup rapat, dan dipastikan tidak ada udara yang masuk. Ketika terjadi penyinaran matahari dari atas maka air akan panas, lama-kelamaan akan menguap naik dan tertahan pada atap yang sudah dibuat dari plastik. Dalam keadaan berat, maka titik-titik air akan mengalir pada sudut kemiringan. Maka air murnilah yang menetes melalui corong dan tertampung pada botol .
 Pembahasan :
      Berdasarkan tabel pada hasil, dilakukan eksperimen sebanyak 5 kali. Pada eksperimen pertama alat desalinator yang penulis buat masih menghasilkan sedikit air murni. Hal ini disebabkan karena wadah yang dibuat terlalu dalam, kayu yang digunakan untuk atap terlalu besar, dan air yang digunakan terlalu banyak  sehingga menghambat proses penguapan air.
      Selanjutnya pada eksperimen kedua dengan memperbaiki kekurangan pada eksperimen pertama. Pada tahap ini sudah terjadi peningkatan jumlah air yang dihasilkan, kemudian hasil sampel airnya dibawa ke puskesmas untuk dimintai rekomendasi. Namun ternyata botol yang penulis gunakan tidak steril.
      Setelah mendapatkan botol dari dinas kesehatan yang berkapasitas 150 ml penulis melanjutkan eksperimen ketiga. Pada tahap ini sama dengan eksperimen kedua, letak perbedaannya hanya terletak pada wadah yang digunakan untuk menampung air murni yaitu menggunakan botol dari dinas kesehatan. Setelah botolbya terisi penuh, maka dibawa ke Dinas Kesehatan dimintai keterangan dan hasilnya positif mengandung bakteri.
      Setelah mendapatkan hasil rekomendasi dari dinas kesehatan. Penulis berupaya untuk mempebaiki kekurangan dari metode sebelumnya, sehingga penulis  merasa perlu mensterilkan semua alat yang digunakan dengan mencucinya menggunakan cairan antiseptik atau alkohol. Selain itu penulis mengubah model atapnya dari bentuk kerucut menjadi bentuk trapesium dengan mengurangi penggunaan kayu dan paku, agar serbuk kayu dan perkaratan paku, tidak tercampur dengan air. Akan tetapi pada eksperime ini hasilnya mengalami penurunan dari hasil sebelumnya akibat cuaca yang tidak mendukung.
      Untuk pemberian sampel air ke Dinas Kesehatan, selanjutnya penulis melakukan eksperimen kelima. Setelah mengikuti petunjuk-petunjuk mengenai perbaikan kekurangan metode sebelumnya yang penulis gunakan, sehingga ternyata sampel air penulis  direkomendasikan telah layak konsumsi dengan terlebih dahulu memasaknya karena bisa saja ada bakteri ketika  terkontaminasi dengan udara. Dan hal ini sesuai dengan teori sebelumnya yang diungkapkan oleh Noverius Nggili, Noldi Franklin dan Donald Mangngi  bahwa air laut  yang telah melalui proses penguapan sudah layak untuk dikonsumsi karena sudah merupakan air murni. 
Semoga Bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar