Contoh Makalah Sejarah Tentang Peradaban Lembah Sungai Indus


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sekarang generasi penerus sudah banyak sekali yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang peradaban-peradaban dunia. Padahal itu sangat penting bagi kita terutama sebagai ilmu pengetahuan. Tanpa kita mengenal sejarah kita akan kacau-balau karena disitu adalah sumber ilmu kebudayaan yang berguna dan patut dipelajari. Oleh karena itu, penulis bertujuan membuat makalah ini untuk menjelaskan salah satu peradaban dunia yang menceritakan bagaimana keadaan masyarakat pada masa peradaban sungai Indus.



B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang dapat kita permasalahkan antara lain :
a.    Bagaimana keadaan Sosial Budaya di Lembah Sungai Indus?
b.    Bagaimana perkembangan kepercayaan di lembah Sungai Indus?
c.    Bagaimana keadaan politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus?
d.    Apa penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus




C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui keadaan social budaya di lembah Sungai Indus
b.    Untuk mengetahui perkembangan kepercayaan di Lembah Sungai Indus
c.    Untuk mengetahui keadaan politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
d.    Untuk mengetahui penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus


D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
a.    Sebagai media untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca
b.    Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sosial Budaya Lembah Sungai Indus
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.

B. Perkembangan kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
C. Politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
D.  Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
  Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.    penduduk Mohenjodaro-Harappa Lembah Sungai Indus merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang serta telah mengenal hiburan berupa tari-tarian.
b.    Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya .Di peradaban ini belum munculnya agama Hindu, tetapi mereka menganut agama Polytheisme.
c.    Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus Pada peradaban ini sudah sangat maju terutama ilmu pengetahuan, kesustraan dan lain-lain.
d.    Satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar berasal dari bangsa Arya.






B.    Saran
Saran yang kami usulkan dari teori yang kami sajikan adalah sebagai berikut :
a.    Saran untuk peneliti selanjutnya :
Disarankan kepada peniliti selanjutnya untuk lebih memperluas materi yang disajikan seperti hal-hal yag terjadi pada Masa Arya serta pengaruh peradaban pada masyarakat Indonesia.

b.    Saran untuk pembaca :
Dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kekurangan yang didapat mengingat penulis hanya manusia biasa, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi motivasi bagi penulis.

2 komentar:

  1. Terima kasih penjelasan makalahnya, ilmu yang bermanfa'at,
    terima kasih atas kunjungannya di infotaucantik, jika ingin tukar link, daftrkan blog ada di page sahabat infotaucantik yah,

    ditunggu ..... :D

    BalasHapus
  2. Terima Kasih atas makalah dan informasinya, semua ini sangat membantu saya :)

    Numpang promo : jibenkartwork19.blogspot.co.id

    BalasHapus