BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahGenerasi penerus sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang peradaban-peradaban dunia. Padahal hal tersebut sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Tanpa kita mengenal sejarah kita akan kacau karena sejarah merupakan sumber ilmu kebudayaan yang sangat berguna. Oleh karena itu, penulis bertujuan membuat makalah ini untuk menjelaskan salah satu peradaban dunia yang menceritakan tentang Hasil Budaya non-material Mesir.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang dapat kita permasalahkan antara lain :
a. Bagaimana sejarah dan perkembangn huruf hieroglyph sebagai hasil Budaya non-Material Mesir?
b. Bagaimana perkembangan Matematika Mesir Kuno sebagai hasil budaya non-material Mesir?
c. Bagaimana perkembangan ilmu kedokteran Mesir Kuno sebagai hasil non-budaya Mesir?
d. Bagaimana sistem astronomi dan penanggalan Mesir Kuno sebagai hasil non-budaya Mesir?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan huruf hieroglyph sebagai hasil Budaya non-Material Mesir
b. Untuk mengetahui perkembangan Matematika Mesir Kuno sebagai hasil budaya non-material Mesir
c. Untuk mengetahui perkembangan ilmu kedokteran Mesir Kuno sebagai hasil non-budaya Mesir
d. Untuk mengetahui sistem astronomi dan penanggalan Mesir Kuno sebagai hasil non-budaya Mesir
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
a. Sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca
b. Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya agar dapat menyempurnakan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Huruf Hieroglyph Sebagai Hasil Budaya Non-Material MesirHieroglif sudah muncul dari sebelum kesusastraan tradisi artistik Mesir. Contohnya, simbol pada tembikar Gerzean dari tahun 4000 SM menyerupai penulisan hieroglif. Selama beberapa tahun, prasasti hieroglif yang pertama kali diketahui adalah Narmer Palette, ditemukan dalam penggalian di Hierakonpolis (sekarang Kawm al-Ahmar) pada tahun 1890-an, yang diperkirakan dibuat tahun 3200 SM. Bagaimanapun, pada tahun 1998, tim arkeologis Jerman di bawah pimpinan Günter Dreyer pada penggalian di Abydos (sekarang Umm el-Qa'ab) menemukan sebuah makam dari seorang penguasa Predynastic, dan menemukan tiga ratus pahatan nama dari tanah liat dengan proto-hieroglyphs, tertanggal pada masa Naqada IIIA dari abad ke-33 Sebelum Masehi. Kalimat pertama yang tertulis penuh dengan hieroglif sejauh yang ditemukan adalah kesan segel yang ditemukan di makam Seth-Peribsen yang terletak di Umm el-Qa'ab, tertanggal dari dinasti kedua. Di zaman Kerajaan Tua, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru, terdapat sekitar 800 hieroglif. Saat zaman Greco-Roman, mereka menomori lebih dari 5,000 hieroglif. Pada abad keempat, beberapa orang Mesir akhirnya dapat membaca hieroglif. Penggunaan hieroglif kemudian berhenti setelah penutupan seluruh gereja non-Kristen pada tahun 391 Masehi oleh Kaisar Romawi, Theodosius I; yang tertulis dalam prasasti terakhir dari Philae, diketahui sebagai The Graffito of Esmet-Akhom, tahun 396 Masehi. Penemuan hieroglif yang paling menggemparkan dalam sejarah modern adalah penemuan Batu Rosetta pada sekitar tahun 1799. Orang yang mendapatkan penghargaan dari menafsirkan tulisan tersebut adalah Jean Francois Champollion.
Pada awalnya, orang Mesir menggunakan bentuk gambar tulisan yang kasar, seperti yang digunakan oleh suku-suku primitif di seluruh dunia. Hieroglif adalah gambar yang masing-masing mewakili objek alamiah. Matahari digambarkan sebagai piringan, bulan digambarkan dengan bulan sabit, air digambarkan oleh garis gelombang, orang dengan bentuk orang, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tulisan gambar ini tidak dapat mewakili kata-kata atau benda-benda yang tidak dapat dilihat mata seperti pikiran, cahaya, dan hari. Sehingga hieroglif pun lebih dianggap sebagai simbol ide daripada sebuah gambar objek. Piringan dapat juga berarti ‘hari’, bukan hanya berarti matahari. Ide-ide ini disebut dengan ‘ideogram’. Perkembangan hieroglif selanjutnya adalah menggunakan gambar, lebih untuk mewakili bunyi daripada untuk mewakili objek sesungguhnya. Misalnya, sebuah gambar lebah dapat bukan berarti serangga, melainkan merujuk pada kata ‘lebah’. Daun dapat memiliki arti ‘percaya’ (kita gunakan kata dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan dalam menunjukkan bagaimana cara kerjanya). Hieroglif seperti itu, yang digunakan sebagai bunyi, dikenal dengan nama ‘fonogram’. Belakangan, orang Mesir dapat menulis kata apa saja yang mereka kenal, baik kata itu berarti sesuatu yang dapat mereka gambarkan atau tidak. Dari fonogram tersebut mereka mengembangkan satu seri tanda, masing-masing mewakili satu huruf. Dalam penulisan, orang Mesir hanya menggunakan huruf konsonan (huruf mati) saja. Misalnya, kata ‘minum’ hanya akan ditulis ‘mnm’ (tentunya dengan menggunakan tulisan Mesir). Orang Mesir juga terus menggunakan simbol-simbol lama dalam tulisan mereka seperti ideogram, fonogram, dan picturegram (tulisan gambar) semuanya digabungkan. Seiring berjalannya waktu, tulisan tersebut menjadi sangat rumit sehingga tidak mudah dimengerti oleh orang awam.
B. Perkembangan Matematika Mesir Kuno Sebagai Hasil Budaya Non-Material Mesir
Salah satu suku bangsa yang telah mengembangkan matematika sejak zaman dahulu kala ialah bangsa Mesir Kuno. Sejak tahun 2500 SM, bangsa tersebut telah membangun dan menciptakan berbagai macam sistem perhitungan hingga mengembangkan geometri. Pemikiran mereka lah yang dikembangkan hingga saat ini kita mengenal bilangan dengan pemakaian sederhana dan mudah dipahami. Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena sengan tinta berwarna hitam atau merah. Selain itu mereka juga sudah mengenal system penulisan seperti system hieroglyph dan system Bilangan Hieratic. Bangsa Mesir Kuno juga sudah mengenal matematika dasar seperti penjumlahan,perkalian dan pembagian. Bahkan mereka sudah dapat menghitung luas bangun datar maupun bangun ruang.
C. Perkembangan Ilmu Kedokteran Mesir Kuno Sebagai Hasil Non-Budaya Mesir
Kedokteran Mesir Kuno mengacu pada praktek-praktek penyembuhan penyakit umum di Mesir Kuno dari 33 abad SM sampai invasi Persia 525 SM. Obat ini sangat canggih untuk saat itu, dan termasuk sederhana, non-invasif operasi, pengaturan tulang dan serangkaian luas farmakope. Sementara pengobatan Mesir Kuno sering dicirikan dalam budaya modern oleh mantra magis dan bahan-bahan yang meragukan, penelitian di Mesir Kuno biomedis menunjukkan mereka sering efektif dan enam puluh tujuh persen dari formula memenuhi dikenal dengan Farmasi 1973 Inggris Codex. Medis teks ditentukan langkah-langkah spesifik pemeriksaan, diagnosis prognosis, dan perawatan yang sering rasional dan tepat. Sampai abad ke-19, sumber utama informasi tentang Pengobatan Mesir Kuno tulisan dari nanti di zaman kuno. Homer c. 800 SM mengatakan dalam Odyssey: "Di Mesir, orang-orang yang lebih terampil dalam pengobatan dibandingkan dengan jenis manusia" dan "Mesir ahli dalam obat-obatan lebih dari seni lainnya". Sejarawan Yunani Herodotus mengunjungi Mesir sekitar 440 SM dan banyak menulis pengamatannya praktek obat mereka. Pliny the Elder juga menulis baik dari mereka dalam tinjauan Sejarah. Hippocrates ("bapak kedokteran"), Herophilos, Erasistratus dan kemudian Galen belajar di kuil Amenhotep, dan mengakui kontribusi kedokteran Mesir kuno untuk obat Yunani.
Pada 1822, terjemahan dari batu Rosetta akhirnya mengizinkan penerjemahan hiroglif Mesir kuno prasasti dan papirus, termasuk yang berhubungan dengan masalah medis. Bunga yang dihasilkan di Mesir Kuno pada abad ke-19 menyebabkan penemuan beberapa set dokumen medis kuno yang luas, termasuk Ebers papirus, fungsi Edwin Smith Papirus, fungsi Hearst Papirus dan lain-lain kencan kembali sejauh 3000 SM. Para Edwin Smith Papyrus adalah buku tentang operasi dan pengamatan detail anatomi dan "pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, dan prognosis" dari berbagai penyakit. Ini mungkin ditulis sekitar 1600 SM, tetapi dianggap sebagai salinan dari beberapa teks sebelumnya. Informasi medis di dalamnya berasal dari sedini 3000 SM. Imhotep dalam 3 dinasti dikreditkan sebagai penulis asli dari teks papirus, dan pendiri kedokteran Mesir kuno. Operasi yang dikenal paling awal dilakukan di Mesir sekitar 2750 SM.
D. Sistem Astronomi Dan Penanggalan Mesir Kuno Sebagai Hasil Non-Budaya Mesir
Pada tahun 2776 SM, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal penanggalan berdasarkan sistem peredaran matahari. Perlunya sistem penanggalan dikarenakan orang Mesir Kuno yang hidup dari pertanian, yang pada setiap tahun harus menanggulangi banjir. Mereka membagi setahun menjadi 12 bulan dan setiap bulan terdiri dari 30 hari. Mereka juga sudah mengenal adanya tahun kabisat.
Orang-orang Mesir juga mengenal ilmu astronomi atau ilmu perbintangan yang berkaitan erat dengan kehidupan pertanian. Misalnya, mereka menggunakan bintang sebagai patokan untuk menentukan musim atau saat-saat bercocok tanam dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanDari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada awalnya, orang Mesir menggunakan bentuk gambar tulisan yang kasar, seperti yang digunakan oleh suku-suku primitif di seluruh dunia.
b. Hieroglif sudah muncul dari sebelum kesusastraan tradisi artistik Mesir.
c. Sejak tahun 2500 SM, Mesir telah membangun dan menciptakan berbagai macam sistem perhitungan hingga mengembangkan geometri.
d. Kedokteran Mesir Kuno mengacu pada praktek-praktek penyembuhan penyakit umum di Mesir Kuno dari 33 abad SM sampai invasi Persia 525 SM.
e. Pada tahun 2776 SM, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal penanggalan berdasarkan sistem peredaran matahari.
B. Saran
Saran yang kami usulkan dari teori yang kami sajikan adalah sebagai berikut :
a. Saran untuk peneliti selanjutnya :
Disarankan kepada peniliti selanjutnya untuk lebih memperluas materi yang disajikan seperti sistem pemerintahan, kepercayaan, dll.
b. Saran untuk pembaca :
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang didapat mengingat penulis hanya manusia biasa yang penuh khilaf. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar