Tidak seperti biasanya, hari ini Adi merasa seribu kali lebih malas untuk ke sekolah. Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Namun ia tetap asyik meringkuk di balik selimutnya yang hangat. Padahal, hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang. Ia tak punya semangat menyambut tahun ajaran baru itu. Ibu Adi sudah berkali-kali membangunkannya namun ia tidak menghiraukannya. “Ayo, bangun Adi. Hari inikan hari pertama kamu sekolah,” kata Ibu Adi membangunkannya. “Malas bu, masih ngantuk,” kata Adi bandel.
Ibu Adi mulai kehilangan kesabarannya, ia menarik selimut Adi dan mulai diguncang-guncangnya tubuh Adi. Perlahan lahan Adi mulai membuka matanya. “Bu, hari ini Adi mau bolos sekolah saja, Adi takut Bu,” kata Adi pada ibunya. Mama menggelengkan kepalanya, dengan lembut ia menasihati Adi untuk tetap ke sekolah. “Tapi Adi malu pada teman-teman Adi Bu, Adi malu diejek karena tidak naik kelas.” Kata Adi pada ibunya. “Kenapa harus malu Di, kan kamu tidak naik kelas bukan karena kamu bodoh, tapi karena kamu kena sakit typhus cukup lama, jadi tidak sempat ikut ujian.” Adi terdiam mendengar kata-kata ibu.
Dalam hatinya ia membenarkan kata-kata ibunya. Memang Adi bukanlah siswa yang bodoh atau malas di sekolah, ia termasuk anak yang rajin dan bahkan sering mendapat prestasi di sekolahnya. Namun karena sakit, ia tidak sempat ikut ujian susulan. Adi mulai mengambil handuk untuk mandi dan bergegas ke sekolah.
Di sepanjang perjalan ke sekolah, ia mulai ragu. Ia takut dan malu ketika sampai di sekolah, ia akan diejek oleh teman-temannya. Ia mulai berpikir untuk tidak sampai ke sekolah hari ini, tapi diurungkan niatnya itu. Sesampai di sekolah, tak diduga ia disambut dengan baik oleh teman-teman dan guru-guru. Setiap teman yang melihatnya menyapa Adi dengan baik, dan menanyakan kesehatan Adi. Adi merasa cukup lega, namun ia masih merasa ragu untuk ke kelasnya, bertemu dengan teman-teman barunya.
Sesampai di kelas, ternyata masih sedikit yang datang. Ia menyimpan tas di kursi dan duduk di kursi itu. Ia merasa malas untuk keluar kelas untuk sekedar jalan-jalan atau ke kantin seperti yang sering ia lakukan dulu. Ia lebih memilih duduk dan melamun di kelasnya. Tidak terasa teman-teman barunya sudah mulai berdatangan satu per satu. Sampai bel berbunyi, dan Pak Guru masuk ke kelas untuk mengajar. Mulanya, ia merasa agak risih mengikuti pelajaran dengan teman-teman barunya. Namun lama kelamaan ia mulai nyaman dengan suasana dan teman-teman barunya.
Bel istirahat berbunyi, Pak Guru meninggalkan ruangan. Banyak yang mengajak Adi untuk ke kantin bersama ataupun sekedar jalan-jalan. Adi merasa senang karena ternyata teman-teman barunya sekarang tidak jauh beda dengan teman-temannya dulu. Mereka tetap asyik diajak berteman.
Di kantin, Ia bertemu dengan teman-teman kelasnya dulu, Adi merasa canggung untuk menyapa mereka. Namun tanpa disangka, teman-teman Adi tetap menyapa Adi dan tidak melupakannya. Adi tetap akrab dengan teman-teman kelasnya dulu, seperti tidak terjadi apa-apa. Adi sangat bersyukur, karena teman-temannya yang lama maupun yang baru bersikap baik padanya. Adi pun kembali bersemangat menjalani hari-harinya belajar di sekolah.
Ibu Adi mulai kehilangan kesabarannya, ia menarik selimut Adi dan mulai diguncang-guncangnya tubuh Adi. Perlahan lahan Adi mulai membuka matanya. “Bu, hari ini Adi mau bolos sekolah saja, Adi takut Bu,” kata Adi pada ibunya. Mama menggelengkan kepalanya, dengan lembut ia menasihati Adi untuk tetap ke sekolah. “Tapi Adi malu pada teman-teman Adi Bu, Adi malu diejek karena tidak naik kelas.” Kata Adi pada ibunya. “Kenapa harus malu Di, kan kamu tidak naik kelas bukan karena kamu bodoh, tapi karena kamu kena sakit typhus cukup lama, jadi tidak sempat ikut ujian.” Adi terdiam mendengar kata-kata ibu.
Dalam hatinya ia membenarkan kata-kata ibunya. Memang Adi bukanlah siswa yang bodoh atau malas di sekolah, ia termasuk anak yang rajin dan bahkan sering mendapat prestasi di sekolahnya. Namun karena sakit, ia tidak sempat ikut ujian susulan. Adi mulai mengambil handuk untuk mandi dan bergegas ke sekolah.
Di sepanjang perjalan ke sekolah, ia mulai ragu. Ia takut dan malu ketika sampai di sekolah, ia akan diejek oleh teman-temannya. Ia mulai berpikir untuk tidak sampai ke sekolah hari ini, tapi diurungkan niatnya itu. Sesampai di sekolah, tak diduga ia disambut dengan baik oleh teman-teman dan guru-guru. Setiap teman yang melihatnya menyapa Adi dengan baik, dan menanyakan kesehatan Adi. Adi merasa cukup lega, namun ia masih merasa ragu untuk ke kelasnya, bertemu dengan teman-teman barunya.
Sesampai di kelas, ternyata masih sedikit yang datang. Ia menyimpan tas di kursi dan duduk di kursi itu. Ia merasa malas untuk keluar kelas untuk sekedar jalan-jalan atau ke kantin seperti yang sering ia lakukan dulu. Ia lebih memilih duduk dan melamun di kelasnya. Tidak terasa teman-teman barunya sudah mulai berdatangan satu per satu. Sampai bel berbunyi, dan Pak Guru masuk ke kelas untuk mengajar. Mulanya, ia merasa agak risih mengikuti pelajaran dengan teman-teman barunya. Namun lama kelamaan ia mulai nyaman dengan suasana dan teman-teman barunya.
Bel istirahat berbunyi, Pak Guru meninggalkan ruangan. Banyak yang mengajak Adi untuk ke kantin bersama ataupun sekedar jalan-jalan. Adi merasa senang karena ternyata teman-teman barunya sekarang tidak jauh beda dengan teman-temannya dulu. Mereka tetap asyik diajak berteman.
Di kantin, Ia bertemu dengan teman-teman kelasnya dulu, Adi merasa canggung untuk menyapa mereka. Namun tanpa disangka, teman-teman Adi tetap menyapa Adi dan tidak melupakannya. Adi tetap akrab dengan teman-teman kelasnya dulu, seperti tidak terjadi apa-apa. Adi sangat bersyukur, karena teman-temannya yang lama maupun yang baru bersikap baik padanya. Adi pun kembali bersemangat menjalani hari-harinya belajar di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar