Hari itu, tanggal 5 Mei 2003. Seperti hari-hari biasa, tidak ada yang istimewa. Saya hanya menghabiskan waktu saya di kasur. Pukul 12.30, setelah menunaikan shalat Dzuhur, saya merasa perut sudah tidak bias diajak kompromi lagi, padahal baru jam segini, tidak seperti biasanya saya dapat tahan tidak makan siang. Setelah puas menyantap makan siang saya, giliran mata yang tidak bisa diajak kompromi. Kantuk yang saya rasakan sudah tidak dapat ditahan lagi, menurut saya itu wajar-wajar saja mungkin karena saya kekenyangan.
Tidak terlalu lama saya tidur, jarum jam baru menunjukkan pukul 14.00 . suara ibu memanggil dari ruang tamu, menghilangkan rasa kantuk saya. Di ruang tamu, saya heran melihat ibu, ayah, dan kakak saya berkumpul. Semua menatap saya dengan tajam. Entah apa yang telah saya lakukan. Tiba-tiba kakak saya menampar saya. “ kenapa kamu tega melakukan itu, Iwan?” kata kakak saya. Saya bingung, dan tidak bisa berkata apa-apa karena masih terkejut dengan tamparan tadi. Melihat kejadian itu, tiba-tiba ibu menangis histeris dan berusaha mengatakan sesuatu, tapi segera dicegah oleh ayah dan kakak saya. Saya semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi, dan apa yang telah saya lakukan?!
Kucoba untuk menenangkan diri dengan keluar rumah. Terkejut saya melihat suasana di luar, semua berubah, kompleks rumah saya yang semestinya rindang dan ditumbuhi banyak pohon, tiba-tiba berubah, sangat berubah! Kini gedung-gedung mewah pencakar langit mengelilingi rumah saya. Tidak ada lagi pepohonan dan lapangan luas yang bisa saya jadikan tempat bermain. Saya mencoba menelusuri jalan, mungkin saya dapat menemukan sesuatu yang tidak berubah. Namun ternyata memang tidak ada yang berubah kecuali saya, keluarga dan rumah saya. Bahkan saya tidak mengenal orang-orang di sini. Masih terjebak dalam kebingungan ini, tiba-tiba saya melihat kerumunan orang dengan wajah yang bersedih. Kucoba mendekat, dan saya terkejut ternyata ada keluarga yang telah mengalami musibah kebakaran. Kucoba bertanya pada orang-orang itu, tapi semua tidak menjawab, semua hanya menatap tajam kepada saya, seakan memendam kemarahan atas kesalahan saya yang sangat fatal.
Kucoba keluar dari kerumunan itu, dan saya melihat seorang anak kecil yang tengah duduk sendiri dan menangis. Mungkin anak ini adalah anak pemilik rumah. Kucoba mendekati anak ini, tapi tiba-tiba keraguan muncul dalam benak saya. Saya tidak ingin ia juga menatap saya dengan cara yang sama dengan orang-orang tadi. Tapi tiba-tiba dia memanggil saya, “Hei, kesini Iwan, jangan lari kamu!” kata anak itu. Dengan perasaan takut bercampur iba, saya mendekati anak itu dan mencoba bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Mungkin anak ini bisa memeberi saya jawaban atas semua ini. Ternyata nama anak ini Adi. Ia adalah anak dari pemilik rumah yang terbakar itu. Ia bercerita bahwa semua ini diakibatkan oleh saya.
“saya?? Kenapa saya? Bahkan saya tidak tahu siapa kamu dan tempat ini, Kenapa kamu menuduh saya yang menyebabkan kebakaran itu?”
“Ya, memang kamulah yang menyebabkan semua ini” jawab anak itu.
Tiba-tiba saya teringat semuanya. Semua yang saya pernah lakukan. Saya ingat bahwa saya pernah bermain dengan teman saya di depan rumah bernomor 3 milik tetangga saya. Dan saya ingat bahwa kejadian itu tadi pagi! Saya bermain api dengan teman-teman saya pagi itu, kami meniru pertunjukan-pertunjukan debus yang sering kami lihat di TV. Setelah itu saya tidak ingat apa yang selanjutnya terjadi. Mungkin itu yang menyebabkan kebakaran ini terjadi! Tapi kenapa semua yang saya lihat berubah? Semua terlihat asing bagi saya. Tiba-tiba saya teringat dengan film-film yang saya tonton tentang seorang anak yang terlempar ke masa depan. Tapi itu hanya film, tidak mungkin hal itu bisa terjadi. Saya mencoba mencari kalender namun saya tidak menemukannya. Namun kulihat ada Koran yang tergeletak di jalan, kupungut Koran itu, dan saya semakin terkejut melihat tanggal terbit Koran itu, 5 Mei 2013. 2013???? Padahal saya ingat tadi saya tidur tanggal 5 Mei 2003. Apakah mungkin korannya yang salah cetak? Tapi dengan semua suasana dan orang-orang asing seperti ini meyakinkan saya bahwa saya memang terlempar ke masa depan. Saya semakin bingung, saya ingat saya sempat bermain dengan teman-teman saya tadi pagi. Tapi di sisi lain saya juga ingat bahwa saya tadi tertidur di tanggal 5 Mei 2003, tidak mungkin saya bangun di tahun 2013.
Kebingungan ini membuat saya ingin meneteskan air mata dan berteriak sekuat-kuatnya. Kulampiaskan semua yang saya rasakan. Tiba-tiba…
“Iwan, Iwan, bangun nak, bangun!” kudengar suara ibu membangunkan saya. “ Kamu mimpi buruk ya, Wan? Kok sambil teriak-teriak begitu?” Tanya ibu.
“Iya bu, mimpi yang sangat aneh”
“Ya, sudah. Lebih baik kamu Ke Masjid, sekarang sudah jam 3, sudah hampir ashar”
Tiba-tiba saya teringat mimpi saya tadi, saya takut hal itu benar-benar terjadi.
“Bu, sekarang tanggal berapa?”
“Sekarang tanggal 5 Mei, memangnya kenapa?” kata ibu
“Sekarang tahun berapa bu?” Tanya saya pada ibu
“Loh, kok kamu Tanya tahun berapa? Masih muda kok pikun. Sekarang kan tahun 2013.” Jawab ibu.
Keringat dingin mengucur di pipiku, apa mungkin mimpi tadi benar-benar terjadi? Saya tidak bisa berkata apa-apa. Melihat saya yang kebingungan begini, tiba-tiba ibu tertawa.
“Hahaha, memangnya tadi kamu mimpi apa,Wan? Sampai-sampai kamu lupa sekarang tahun berapa. Sekarang masih tahun 2003,Wan!” Kata ibu.
“eh, enggak bu” huuuft, lega rasanya ternyata ibu hanya bercanda. Tapi saya masih bingung dengan mimpi saya tadi, saya mencoba mengingat-ingat mimpi saya. Saya ingat bahwa saya dituduh menyebabkan kebakaran rumah bernomor 3. Saya mencoba keluar rumah, berharap mimpi saya tidak menjadi kenyataan. Ternyata semuanya masih sama sebelum saya tidur tadi. Saya mencoba menuju rumah bernomor 3 itu. Di perjalanan saya diajak oleh ke dua teman saya untuk bermain api bak seorang pendekar debus yang tidak takut api. Namun saya kembali teringat mimpi saya. Saya ingat kejadian kebakaran itu terjadi akibat saya dan teman-teman saya yang bermain api. Saya menolak ajakan teman saya namun tidak menceritakan mimpi saya. Sesampai di rumah bernomor 3 tidak hal aneh yang saya lihat. Semuanya biasa saja.
Saya kembali teringat mimpi saya, saya tidak tahu, apakah mimpi saya akan benar benar terjadi jika saya menerima ajakan teman saya tadi. Mungkin mimpi tadi adalah sebuah bayangan masa depan yang buruk yang akan terjadi jika saya melakukan kesalahan atau kecerobohan, sekecil apapun itu. Mungkin mimpi tadi mencoba meperingatkan saya untuk mengantisipasi hal-hal yang buruk yang akan terjadi. Tapi masih banyak pertanyaan yang muncul mengenai mimpi saya tadi. Dan semua itu masih menjadi misteri. Salah satu pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah, Kenapa mimpi tadi membawa saya ke tahun 2013? Ada apa dengan tahun 2013? Itu masih menjadi pertanyaan bagi saya. Atau mungkin………… penulis menulis cerita ini di tahun 2013. Ya, mungkin itu alasannya.
Tidak terlalu lama saya tidur, jarum jam baru menunjukkan pukul 14.00 . suara ibu memanggil dari ruang tamu, menghilangkan rasa kantuk saya. Di ruang tamu, saya heran melihat ibu, ayah, dan kakak saya berkumpul. Semua menatap saya dengan tajam. Entah apa yang telah saya lakukan. Tiba-tiba kakak saya menampar saya. “ kenapa kamu tega melakukan itu, Iwan?” kata kakak saya. Saya bingung, dan tidak bisa berkata apa-apa karena masih terkejut dengan tamparan tadi. Melihat kejadian itu, tiba-tiba ibu menangis histeris dan berusaha mengatakan sesuatu, tapi segera dicegah oleh ayah dan kakak saya. Saya semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi, dan apa yang telah saya lakukan?!
Kucoba untuk menenangkan diri dengan keluar rumah. Terkejut saya melihat suasana di luar, semua berubah, kompleks rumah saya yang semestinya rindang dan ditumbuhi banyak pohon, tiba-tiba berubah, sangat berubah! Kini gedung-gedung mewah pencakar langit mengelilingi rumah saya. Tidak ada lagi pepohonan dan lapangan luas yang bisa saya jadikan tempat bermain. Saya mencoba menelusuri jalan, mungkin saya dapat menemukan sesuatu yang tidak berubah. Namun ternyata memang tidak ada yang berubah kecuali saya, keluarga dan rumah saya. Bahkan saya tidak mengenal orang-orang di sini. Masih terjebak dalam kebingungan ini, tiba-tiba saya melihat kerumunan orang dengan wajah yang bersedih. Kucoba mendekat, dan saya terkejut ternyata ada keluarga yang telah mengalami musibah kebakaran. Kucoba bertanya pada orang-orang itu, tapi semua tidak menjawab, semua hanya menatap tajam kepada saya, seakan memendam kemarahan atas kesalahan saya yang sangat fatal.
Kucoba keluar dari kerumunan itu, dan saya melihat seorang anak kecil yang tengah duduk sendiri dan menangis. Mungkin anak ini adalah anak pemilik rumah. Kucoba mendekati anak ini, tapi tiba-tiba keraguan muncul dalam benak saya. Saya tidak ingin ia juga menatap saya dengan cara yang sama dengan orang-orang tadi. Tapi tiba-tiba dia memanggil saya, “Hei, kesini Iwan, jangan lari kamu!” kata anak itu. Dengan perasaan takut bercampur iba, saya mendekati anak itu dan mencoba bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Mungkin anak ini bisa memeberi saya jawaban atas semua ini. Ternyata nama anak ini Adi. Ia adalah anak dari pemilik rumah yang terbakar itu. Ia bercerita bahwa semua ini diakibatkan oleh saya.
“saya?? Kenapa saya? Bahkan saya tidak tahu siapa kamu dan tempat ini, Kenapa kamu menuduh saya yang menyebabkan kebakaran itu?”
“Ya, memang kamulah yang menyebabkan semua ini” jawab anak itu.
Tiba-tiba saya teringat semuanya. Semua yang saya pernah lakukan. Saya ingat bahwa saya pernah bermain dengan teman saya di depan rumah bernomor 3 milik tetangga saya. Dan saya ingat bahwa kejadian itu tadi pagi! Saya bermain api dengan teman-teman saya pagi itu, kami meniru pertunjukan-pertunjukan debus yang sering kami lihat di TV. Setelah itu saya tidak ingat apa yang selanjutnya terjadi. Mungkin itu yang menyebabkan kebakaran ini terjadi! Tapi kenapa semua yang saya lihat berubah? Semua terlihat asing bagi saya. Tiba-tiba saya teringat dengan film-film yang saya tonton tentang seorang anak yang terlempar ke masa depan. Tapi itu hanya film, tidak mungkin hal itu bisa terjadi. Saya mencoba mencari kalender namun saya tidak menemukannya. Namun kulihat ada Koran yang tergeletak di jalan, kupungut Koran itu, dan saya semakin terkejut melihat tanggal terbit Koran itu, 5 Mei 2013. 2013???? Padahal saya ingat tadi saya tidur tanggal 5 Mei 2003. Apakah mungkin korannya yang salah cetak? Tapi dengan semua suasana dan orang-orang asing seperti ini meyakinkan saya bahwa saya memang terlempar ke masa depan. Saya semakin bingung, saya ingat saya sempat bermain dengan teman-teman saya tadi pagi. Tapi di sisi lain saya juga ingat bahwa saya tadi tertidur di tanggal 5 Mei 2003, tidak mungkin saya bangun di tahun 2013.
Kebingungan ini membuat saya ingin meneteskan air mata dan berteriak sekuat-kuatnya. Kulampiaskan semua yang saya rasakan. Tiba-tiba…
“Iwan, Iwan, bangun nak, bangun!” kudengar suara ibu membangunkan saya. “ Kamu mimpi buruk ya, Wan? Kok sambil teriak-teriak begitu?” Tanya ibu.
“Iya bu, mimpi yang sangat aneh”
“Ya, sudah. Lebih baik kamu Ke Masjid, sekarang sudah jam 3, sudah hampir ashar”
Tiba-tiba saya teringat mimpi saya tadi, saya takut hal itu benar-benar terjadi.
“Bu, sekarang tanggal berapa?”
“Sekarang tanggal 5 Mei, memangnya kenapa?” kata ibu
“Sekarang tahun berapa bu?” Tanya saya pada ibu
“Loh, kok kamu Tanya tahun berapa? Masih muda kok pikun. Sekarang kan tahun 2013.” Jawab ibu.
Keringat dingin mengucur di pipiku, apa mungkin mimpi tadi benar-benar terjadi? Saya tidak bisa berkata apa-apa. Melihat saya yang kebingungan begini, tiba-tiba ibu tertawa.
“Hahaha, memangnya tadi kamu mimpi apa,Wan? Sampai-sampai kamu lupa sekarang tahun berapa. Sekarang masih tahun 2003,Wan!” Kata ibu.
“eh, enggak bu” huuuft, lega rasanya ternyata ibu hanya bercanda. Tapi saya masih bingung dengan mimpi saya tadi, saya mencoba mengingat-ingat mimpi saya. Saya ingat bahwa saya dituduh menyebabkan kebakaran rumah bernomor 3. Saya mencoba keluar rumah, berharap mimpi saya tidak menjadi kenyataan. Ternyata semuanya masih sama sebelum saya tidur tadi. Saya mencoba menuju rumah bernomor 3 itu. Di perjalanan saya diajak oleh ke dua teman saya untuk bermain api bak seorang pendekar debus yang tidak takut api. Namun saya kembali teringat mimpi saya. Saya ingat kejadian kebakaran itu terjadi akibat saya dan teman-teman saya yang bermain api. Saya menolak ajakan teman saya namun tidak menceritakan mimpi saya. Sesampai di rumah bernomor 3 tidak hal aneh yang saya lihat. Semuanya biasa saja.
Saya kembali teringat mimpi saya, saya tidak tahu, apakah mimpi saya akan benar benar terjadi jika saya menerima ajakan teman saya tadi. Mungkin mimpi tadi adalah sebuah bayangan masa depan yang buruk yang akan terjadi jika saya melakukan kesalahan atau kecerobohan, sekecil apapun itu. Mungkin mimpi tadi mencoba meperingatkan saya untuk mengantisipasi hal-hal yang buruk yang akan terjadi. Tapi masih banyak pertanyaan yang muncul mengenai mimpi saya tadi. Dan semua itu masih menjadi misteri. Salah satu pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah, Kenapa mimpi tadi membawa saya ke tahun 2013? Ada apa dengan tahun 2013? Itu masih menjadi pertanyaan bagi saya. Atau mungkin………… penulis menulis cerita ini di tahun 2013. Ya, mungkin itu alasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar